
Jakarta, 24 Maret 2025 — Jagat maya tengah di guncang kabar mengejutkan dari dunia kuliner digital. Seorang food vlogger populer dengan nama panggung Codeblu kini tengah di periksa oleh pihak kepolisian terkait dugaan kasus pemerasan. Kabar ini sontak membuat heboh para pengikutnya di media sosial, mengingat Codeblu di kenal luas sebagai sosok yang lantang dalam mengulas makanan dengan gaya blak-blakan dan kerap viral karena kritiknya terhadap restoran-restoran terkenal.
Awal Mula Kasus: Kritik Pedas Berujung Dugaan Pemerasan
Kejadian ini bermula dari unggahan review Codeblu terhadap salah satu restoran terkenal di Jakarta yang ia sebut tidak layak mendapat pujian seperti yang di tampilkan oleh banyak influencer lainnya. Dalam video tersebut, Codeblu menyoroti rasa makanan yang di anggap tidak sesuai harga, pelayanan yang lambat, dan suasana tempat makan yang di nilai tidak nyaman.
Namun, setelah video tersebut viral dan restoran mengalami penurunan jumlah pelanggan secara drastis, pihak manajemen restoran mengaku menerima pesan dari akun pribadi yang di sebut milik Codeblu. Dalam pesan tersebut, terdapat dugaan bahwa Codeblu meminta sejumlah uang dengan iming-iming akan menghapus atau mengubah isi review menjadi lebih netral.
Pihak restoran kemudian membawa kasus ini ke ranah hukum dengan melaporkannya ke Polda Metro Jaya, yang langsung menindaklanjuti dengan memanggil sang vlogger untuk dimintai keterangan.
Pemeriksaan di Polda Metro Jaya
Pada tanggal 23 Maret 2025, Codeblu akhirnya memenuhi panggilan pihak kepolisian. Ia datang di dampingi kuasa hukumnya dan memilih untuk tidak memberikan banyak komentar kepada awak media.
“Kami kooperatif dan akan mengikuti seluruh proses hukum yang berlaku. Klien kami siap memberikan klarifikasi atas tuduhan yang muncul,” ujar pengacara Codeblu, Denny M. Siregar.
Menurut keterangan dari pihak kepolisian, pemeriksaan berlangsung selama lebih dari 6 jam dan mencakup berbagai bukti digital, termasuk tangkapan layar, rekaman suara, dan rekam jejak digital lainnya yang telah di kumpulkan oleh pelapor.
Reaksi Warganet: Terbelah Antara Pembelaan dan Kritik
Berita mengenai pemeriksaan Codeblu membuat netizen terbelah menjadi dua kubu. Satu pihak mendukung penuh tindakan hukum terhadap food vlogger yang di anggap telah melewati batas dengan cara menyalahgunakan pengaruhnya. Sementara itu, pihak lain menganggap bahwa Codeblu hanya melakukan kritik jujur dan sedang di jadikan kambing hitam oleh pelaku usaha kuliner yang tidak siap menerima kritik.
“Kalau makanan nggak enak, ya bilang nggak enak. Masa semua harus di bungkus positif terus?” tulis akun @kulinerbanget.
“Kalau beneran minta uang biar review di hapus, itu udah keterlaluan. Bukan kritik, itu pemerasan,” tulis lainnya.
Dunia Vlogging Kuliner di Indonesia: Antara Review dan Etika
Kasus ini membuka kembali diskursus lama tentang etika dalam dunia review dan vlogging, khususnya di sektor makanan. Banyak food vlogger yang di nilai memanfaatkan pengaruh mereka untuk mendapatkan keuntungan pribadi, baik berupa makanan gratis, promosi berbayar terselubung, hingga ancaman akan membuat ulasan buruk jika tidak di beri kompensasi tertentu.
Menurut pakar komunikasi digital, Dr. Yuliana Martasari, maraknya food vlogger yang tidak mengikuti etika jurnalistik telah menciptakan zona abu-abu antara kebebasan berekspresi dan penyalahgunaan kekuasaan digital.
“Ketika seorang influencer memiliki jutaan pengikut, ucapannya bisa mempengaruhi nasib sebuah bisnis. Karena itu, mereka juga harus sadar akan tanggung jawab moral dan sosialnya,” ujar Yuliana.
Perlindungan Konsumen vs Perlindungan Usaha
Perseteruan antara Codeblu dan pihak restoran juga memunculkan perdebatan antara hak konsumen dan perlindungan terhadap pelaku usaha. Beberapa komunitas kuliner membela Codeblu sebagai perwakilan suara konsumen yang jujur, sementara organisasi pelaku usaha restoran meminta pemerintah memperketat regulasi terhadap reviewer digital.
Asosiasi Pengusaha Kuliner Indonesia (APKI) bahkan mengeluarkan pernyataan resmi yang mendukung langkah hukum yang di ambil restoran.
“Kami tidak anti kritik. Tapi ada perbedaan besar antara kritik yang membangun dan intimidasi terselubung dengan tujuan mencari keuntungan pribadi. Kami berharap penegakan hukum bisa menjadi contoh untuk pelaku lainnya,” kata Ketua APKI, Haris Prasetyo.
Proses Hukum Masih Berjalan
Hingga artikel ini di tulis, pihak kepolisian belum menetapkan Codeblu sebagai tersangka. Pemeriksaan masih dalam tahap penyelidikan awal dan pihak kepolisian menyatakan bahwa mereka akan mengedepankan asas praduga tak bersalah.
“Kami masih mengumpulkan keterangan dari kedua belah pihak serta memverifikasi bukti-bukti yang ada. Proses ini akan berjalan transparan,” ujar Humas Polda Metro Jaya, Kombes Dwi Hermawan.
Sementara itu, kuasa hukum Codeblu menegaskan bahwa kliennya akan mengikuti setiap proses yang ditentukan dan percaya bahwa semua akan terbukti secara adil di pengadilan jika memang kasus ini berlanjut ke tahap berikutnya.
Dampak Terhadap Karier dan Brand Codeblu
Sebagai salah satu food vlogger dengan pengikut jutaan, kasus ini jelas memberikan dampak besar bagi Codeblu. Sejumlah brand yang sebelumnya bekerja sama dengannya untuk promosi makanan disebut tengah melakukan evaluasi dan mempertimbangkan untuk menangguhkan kontrak kerja sama.
“Kami tidak ingin dikaitkan dengan kontroversi hukum yang bisa berdampak pada citra brand kami. Saat ini kami memilih untuk menahan semua aktivitas promosi sampai ada kejelasan hukum,” ujar perwakilan salah satu brand minuman ternama.
Sementara itu, Codeblu masih aktif di media sosial namun dengan intensitas yang jauh lebih rendah. Ia juga belum memberikan pernyataan pribadi di kanal YouTube-nya terkait kasus ini, sesuatu yang biasanya rutin ia lakukan setiap minggu.
Fenomena Food Vlogger dan Pengaruhnya
Food vlogger seperti Codeblu menjadi fenomena di era digital karena mampu mengubah perilaku konsumsi masyarakat. Banyak orang kini memilih tempat makan berdasarkan ulasan YouTube atau TikTok, bukan dari rekomendasi pribadi atau media konvensional.
Namun, kasus ini menjadi peringatan bahwa kekuatan besar datang dengan tanggung jawab besar. Jika benar terjadi pemerasan, maka kepercayaan terhadap dunia food vlogger bisa runtuh, dan masyarakat akan lebih selektif dalam menerima review yang beredar di media sosial.
Kesimpulan: Pembelajaran untuk Dunia Digital
Kasus dugaan pemerasan oleh food vlogger Codeblu bukan hanya menjadi bahan gosip publik, tapi juga refleksi penting bagi seluruh pelaku di dunia digital. Baik influencer maupun pelaku usaha, semua pihak harus memahami batas antara kebebasan berekspresi, hak konsumen, serta etika profesi.
Pemerintah juga didorong untuk mengeluarkan pedoman etika bagi konten kreator, khususnya yang berpengaruh besar terhadap sektor usaha kecil dan menengah.
Publik kini menunggu kelanjutan proses hukum dan berharap bahwa kasus ini bisa menjadi preseden yang sehat, bukan hanya untuk memberi keadilan bagi para pihak yang terlibat, tetapi juga membangun ekosistem digital yang lebih etis, bertanggung jawab, dan saling mendukung.