Kekayaan Alam yang Tersembunyi di Balik Sejarah Megah
Sumber daya alam kamboja, Kamboja terkenal sebagai negeri yang menyimpan kekayaan budaya dan sejarah peradaban Angkor Wat. Namun, di balik keindahan candi-candi tua yang megah, negeri ini juga memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Mulai dari hasil tambang, hutan tropis, tanah subur, hingga potensi perikanan dan energi terbarukan—semuanya menjadi bagian penting dari sumber daya alam Kamboja.
Kamboja merupakan negara di Asia Tenggara yang menyimpan kekayaan sumber daya alam yang cukup melimpah. Meski belum sebesar negara tetangganya, potensi alam Kamboja terus dikembangkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian menjadi tulang punggung perekonomian nasional dengan hasil utama seperti padi, karet, jagung, dan singkong. Lahan pertanian yang luas dan iklim tropis membuat produksi pertanian di Kamboja terus meningkat dari tahun ke tahun.
Selain pertanian, Kamboja juga memiliki kekayaan hutan yang luas dan menjadi sumber kayu keras seperti jati, meranti, dan bengkirai. Namun, eksploitasi berlebihan dan pembalakan liar sempat menjadi ancaman terhadap kelestarian hutan. Pemerintah Kamboja kini mulai mengambil langkah serius dengan menerapkan kebijakan konservasi dan pengelolaan hutan secara berkelanjutan. Di sisi lain, sektor perikanan juga menjadi bagian penting dari sumber daya alam negara ini, terutama karena adanya Sungai Mekong dan Danau Tonle Sap yang kaya akan hasil tangkapan ikan air tawar.
Tanah Subur, Lumbung Pertanian yang Terabaikan
Petani Kamboja memanfaatkan tanah aluvial dari sungai Mekong dan Danau Tonlé Sap untuk menanam padi, jagung, dan sayuran. Mereka menanam padi dua hingga tiga kali dalam setahun karena kondisi iklim tropis yang mendukung. Hujan muson yang datang dari Mei hingga Oktober menyiram lahan pertanian secara alami. Pemerintah mendorong ekspansi pertanian organik untuk menarik pasar internasional, terutama di sektor beras premium.
Sayangnya, pengelolaan lahan masih menghadapi tantangan, seperti irigasi yang tidak merata dan ketergantungan pada metode pertanian tradisional. Namun, masyarakat mulai beralih ke metode pertanian berkelanjutan untuk menjaga kesuburan tanah dan mengurangi kerusakan lingkungan.
Sungai dan Danau yang Menjadi Sumber Kehidupan
Sungai Mekong mengalir sepanjang lebih dari 480 kilometer di wilayah Kamboja dan menjadi urat nadi kehidupan bagi jutaan orang. Penduduk desa memanfaatkan sungai ini untuk irigasi, transportasi, dan menangkap ikan. Danau Tonlé Sap, danau terbesar di Asia Tenggara, menyimpan keanekaragaman hayati perairan yang luar biasa.

Para nelayan menggunakan alat tangkap tradisional untuk menangkap ikan air tawar seperti ikan patin, ikan lele, dan ikan gabus. Selama musim hujan, danau ini meluas hingga lima kali lipat dan menciptakan ladang perikanan alami. Pemerintah melindungi ekosistem danau dengan menetapkan zona konservasi serta membatasi penangkapan ikan secara berlebihan.
Hutan Tropis yang Menyimpan Emas Hijau
Hutan Kamboja pernah menutupi lebih dari 70% wilayah negaranya. Kini, sekitar 45% kawasan masih tertutup hutan, meskipun deforestasi terjadi akibat aktivitas ilegal dan konversi lahan. Masyarakat adat di provinsi Mondulkiri dan Ratanakiri menjaga kawasan hutan dengan kearifan lokal. Mereka memanen hasil hutan non-kayu seperti damar, rotan, dan tanaman obat secara lestari.
Pohon jati, meranti, dan ebony tumbuh di hutan Kamboja dan memiliki nilai jual tinggi. Pemerintah menerbitkan izin pengelolaan hutan lestari kepada koperasi lokal agar keuntungan ekonomi tetap mengalir sambil menjaga kelestarian ekosistem. Lembaga swadaya masyarakat juga melibatkan warga dalam patroli hutan untuk mencegah penebangan liar.
Tambang yang Membangkitkan Kontroversi
Sektor pertambangan Kamboja berkembang dalam dua dekade terakhir. Negara ini menyimpan cadangan emas, bijih besi, bauksit, dan tembaga. Beberapa perusahaan asal China dan Australia menanamkan modal dalam eksplorasi dan penambangan emas di provinsi Preah Vihear dan Mondulkiri. Mereka menggali emas dari tambang terbuka dan memprosesnya di fasilitas lokal.
Namun, tambang sering menimbulkan konflik sosial dan lingkungan. Warga desa kehilangan lahan, dan limbah tambang mencemari air sungai. Pemerintah berusaha meningkatkan transparansi dengan mewajibkan pelaporan dampak lingkungan dan membuka akses data pertambangan. Jika pengelolaan tambang dilakukan secara adil, sektor ini bisa menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar bagi negara.
Energi Terbarukan, Harapan Masa Depan
Kamboja mulai mengembangkan energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara dan impor listrik dari negara tetangga. Pemerintah membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di sepanjang Sungai Mekong dan anak-anak sungainya. Meskipun pembangunan PLTA menimbulkan kekhawatiran terhadap migrasi ikan dan aliran air, pemerintah tetap mencari solusi teknologi yang ramah lingkungan.
Di sisi lain, perusahaan swasta mulai memasang panel surya di atap rumah, sekolah, dan pabrik. Desa-desa terpencil kini mendapat akses listrik dari energi matahari, yang sebelumnya hanya mengandalkan genset. Kamboja juga mengembangkan energi biomassa dari limbah pertanian seperti sekam padi dan tongkol jagung untuk bahan bakar industri kecil.
Keanekaragaman Hayati yang Tak Tergantikan
Hutan dan lahan basah Kamboja menjadi rumah bagi ratusan spesies flora dan fauna endemik. Gajah Asia, banteng, macan tutul, dan burung bangau raksasa hidup di kawasan konservasi seperti Taman Nasional Virachey dan Phnom Aural. Para peneliti dari dalam dan luar negeri melakukan kajian rutin untuk mendokumentasikan kekayaan hayati tersebut.
Masyarakat lokal dan pelajar terlibat dalam program konservasi melalui kegiatan penanaman pohon, pengamatan satwa liar, dan pelestarian habitat. Ekowisata berbasis komunitas berkembang sebagai alternatif pendapatan yang ramah lingkungan. Wisatawan asing datang untuk mengamati burung langka dan menjelajahi hutan hujan tropis, sambil belajar tentang budaya setempat.
Laut Kamboja: Ladang Garam dan Potensi Energi
Pantai selatan Kamboja menghadap ke Teluk Thailand dan menawarkan potensi maritim yang luar biasa. Nelayan menangkap ikan laut seperti tuna, cumi-cumi, dan kepiting biru untuk dijual ke pasar lokal dan ekspor. Di provinsi Kampot dan Kep, masyarakat mengolah ladang garam tradisional dengan teknik penguapan air laut di bawah sinar matahari.
Kawasan pesisir juga mengandung cadangan minyak dan gas bumi lepas pantai. Pemerintah bekerja sama dengan perusahaan migas internasional untuk melakukan eksplorasi di blok-blok laut yang belum tergarap. Jika eksplorasi berhasil, sektor energi fosil bisa menjadi sumber pendapatan baru bagi ekonomi nasional.
Peran Pemerintah dan Komunitas Lokal
Pemerintah Kamboja menyadari pentingnya pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Mereka menerbitkan undang-undang lingkungan dan memperkuat lembaga pengawasan seperti Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Pemerintah juga menjalin kerja sama dengan negara asing dan organisasi internasional dalam bidang konservasi dan adaptasi perubahan iklim.
Di sisi lain, komunitas lokal memainkan peran besar dalam perlindungan sumber daya. Mereka menjaga hutan adat, mengelola tambak ikan komunitas, dan menerapkan pertanian alami tanpa pestisida. Kesadaran akan pentingnya menjaga alam terus meningkat, terutama di kalangan generasi muda.
Penutup: Menjaga Warisan Alam untuk Generasi Mendatang
Sumber daya alam Kamboja bukan hanya kekayaan ekonomi, tetapi juga warisan budaya dan ekologis yang harus dijaga. Hutan, sungai, laut, dan lahan pertanian menyediakan kehidupan bagi jutaan orang. Ketika masyarakat dan pemerintah bekerja sama menjaga dan memanfaatkan sumber daya ini secara bijaksana, masa depan Kamboja akan menjadi lebih cerah dan berkelanjutan.